Seorang mahasiswa Papua yang mengkritisi oknum aparat, yang juga kuliah dikampus yang sama yakni Stikes Sorong; kritikan fakta karena adanya permintaan dari oknum anggota tersebut untuk melarang menggunakan atribut Papua seperti tas, gelang bermotif bintang kejora.
Isi kritikan ditulis dan diberi judul "TNI BERLABEL MAHASISWA" ini kemudian ramai dibagikan juga media ini posting silahkan baca selengkapnya disini Ketika Oknum Aparat Jadi Mahasiswa
Namun setelah beberapa waktu berlalu, ia dipanggil pihak kampus; pemanggilan dirinya ini masih ada kaitan dengan tulisannya tersebut.
Sebagaimana dilaporkan melalui unggahan dari seorang aktivis Papua, Gun Fo seperti berikut ini:
Mohon advokasi untuk kawan Alforiani Reba:
"TNI BERLABEL MAHASISWA" minta dirinya klarifikasi permohonan maaf atas postingannya kamis lalu di facebook.
Pihak kampus justru memintanya mengalah untuk ini. Dirinya telah dipanggil pihak kampus dan entah aturan darimana yang membenarkan anak buahnya PANGDAM ini untuk meminta laporan tertulis ke institusi terkait (Stikes Papua Sorong) untuk klarifikasi. Katanya dirinya mau dipidanakan, tetapi berbuntut dengan kebijakan kampus yang membenarkan militer (anggota TNI berstatus mahasiswa semester 2 Stikes Papua Sorong) bebas menciptakan ancaman semaunya bagi mahasiswa Stikes Papua Sorong yang menggunakan atribut Bintang Kejora. (Gun Fo)
Dari penelusuran pada postingan Alforiani Reba, ia sempat menuliskan pada dinding facebooknya seperti berikut:
(Ini pesan yg saya janjikan kemarin utk kedua lembaga terkait. Kalau tidak terima silahkan proses saya lanjut. Karna ini bukan nasib saya tapi hak saya sdh dipenjarakam & terkubur hidup-hidup demi memuaskan kalian)
Saya ini korban diskriminasi kampus. Mimbar kampus mati utk pembelaan atas diri saya.
Saya sdh mengatakan yg sebenarnya. Saya tidak perlu merasa khilaf utk meminta permohonan maaf apalagi membuat pernyataan klarifikasi dll. Otonomi kampus sdh bunuh sa pu hak kebebasan berekspresi. Militer dibiarkan bebas bertindak atas mahasiswa lain. Motif yg jelas tp saya terus disudutkan dgn bermacam-macam alasan demi menjaga nama baik militer. Bapa ibu dosen merasa saya anak yg keras kepala dan ego tinggi. Saya kasih tau bahwa, dari sekian banyak anak-anak mahasiswa yg terancam dgn keberadaan militer,hanya saya yg jadi korban diskriminasi peran. Lihat saja. Situasi seperti ini akan lebih buruk dari yg kalian harapkan utk menjaga keharuman kampus karna militer masih diberi kesempatan seluas-luasnya menginjak kepala institusi terkait. Ingat baik. Saya dgn oknum tersebut bisa selesai di forum tidak berbobot itu. Tapi persoalan pembiaran dan perampasan hak-hak mahasiswa yg masih berlangsung tidak akan pernah terselesaikan semudah ini. Saya berani bilang kalau suatu hari nanti akan ada mahasiswa/i yg membawa ini sampai ke proses yg lebih rumit utk mencari pembelaan di luar insntitusi karna kami telah kehilangan rasa hormat di dlm institusi itu sendiri demi kepentingan sepihak. Thanks. Hormat.
#ripmimbarkampus
(Alforiani Reba)
Tentu saja terlepas dari peristiwa diatas, kejadian pelarangan menggunakan tas/noken, gelang bergambar bintang kejora terus menjadi suatu alasan pembatasan yang keliru. Bahkan seakan-akan begitu berbahaya dengan menggunakan tas atau gelang bermotif bintang kejora.
Kampus juga sebagai area bebas untuk kepentingan pendidikan tidak pantas diintervensi dengan alasan politik hanya karena penggunaan atribut tertentu. Tas tetaplah tas; begitu pula gelang.
Apakah dengan melarang, membatasi bahkan mengancam mahasiswa dan mahasiswi akan menumbuhkan nasionalisme indonesia? tentu saja tidak.
Akan semakin membuka mata generasi muda Papua; bahwa memang sejarah yang sesungguhnya dari bangsa Papua terus disembunyikan, penghilangan dan pelarangan.
Editor Gerakan Papua
*) Ket foto bersumber dari facebook Alforiani Reba