Veronica Koman Tetap Mendukung Perjuangan Papua walaupun Tidak Lagi Bekerjasama dengan KNPB-PRD

Veronica Koman bersama Aktivis Papua -  Ketika mengadvokasi aktivis KNPB TimikaYanto A cs

PERNYATAAN SIKAP

Pasal 3 Kode Etik Advokat:

Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum dengan pertimbangan oleh karena bertentangan dengan hati nuraninya.

Berbagai ancaman dan serangan psikologi maupun fisik yang selama ini saya terima karena kerja-kerja Papua tidak pernah membuat saya mundur, karena saya bekerja dengan digerakkan oleh hati nurani dan prinsip. Maka oleh karena hati nurani dan prinsip juga lah yang membuat saya pada akhirnya mundur.

Diangkatnya Frans Nawipa sebagai Ketua PRD Meepago membuat saya tidak bisa lagi bekerjasama dengan KNPB-PRD. Saya tidak mau dan tidak berhak mengatur organisasi orang lain, maka saya yang tau diri, saya yang undur diri.

Tapi harus dicatat bahwa saya mundur bukan karena seorang Frans Nawipa. Frans Nawipa bukan siapa-siapa. Frans Nawipa hanyalah seorang sampah sosial, yang hanya akan diingat sebagai seorang pemerkosa dan pelaku kekerasan terhadap perempuan yang dilanggengkan jalannya menjadi "pemimpin" oleh karena patriarki.

Saya mengajak kawan-kawan sekalian untuk melihat kasus ini bukan sebagai individu vs individu, melainkan sebagai sesuatu yang sistemik. Kasus ini adalah kristalisasi sempurna dari manifestasi patriarki dalam tubuh gerakan.
Ketika seorang pemerkosa yang sudah disidang secara organisasi kemudian dipecat pula, namun malah diangkat menjadi pemimpin oleh organisasi lain dalam gerakan itu sendiri, maka pesan yang sedang disampaikan adalah:
- bahwa perempuan tidak aman untuk berada di dalam gerakan tersebut;
- bahwa nilai laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan, tidak setara.

Bila Anda tidak melihat ada masalah dari diangkatnya seorang pemerkosa menjadi pemimpin, bisa jadi persis karena Anda adalah bagian dari masalah tersebut.

Lihat juga:Kisah Pengacara Perempuan Indonesia Veronica Koman Perjuangkan Hak Papua Barat

Segala ratus teori berhamburan tentang gender dan mendorong perempuan untuk ikut andil dalam gerakan West Papua. Namun pada kenyataannya, teori itu kosong belaka. Kepada para laki-laki yang sering berteriak "hei di mana para perempuan West Papua" dalam perjuangan, saya mengajak Anda untuk refleksi diri sendiri, dan berkaca salah satunya pada kasus ini. Hari ini kalian baru saja kehilangan seorang pendukung perempuan.

Saya meyakini bahwa KNPB adalah jantung revolusi pembebasan West Papua. Dengan mundurnya dukungan saya kepada KNPB, maka otomatis berarti saya mundur dari gerakan pembebasan itu sendiri.

Untungnya saya bukan siapa-siapa, untungnya pula masih banyak pembela HAM yang lain. Gerakan pembebasan West Papua sudah ada sejak lama, sedang berjalan, dan masih akan ada terus hingga kebenaran dimenangkan.

Saya tetap mendukung penuh penentuan nasib sendiri West Papua sampai kapan pun juga, hanya mungkin bukan dengan cara yang sama lagi. Saya akan kembali bergabung dalam revolusimu ketika laki-laki dan perempuan sudah setara nilainya.

Terima kasih untuk semuanya. Suatu kehormatan.

Veronica Koman
.
.(Wawancara saya dengan media Australia, media Asia, dan media internasional multinegara tentang West Papua yang akan terbit dalam beberapa hari dan beberapa pekan mendatang dilakukan sebelum pernyataan sikap ini dibuat. Beberapa laporan internasional termasuk ke UN yang sudah setengah jalan akan tetap saya rampungkan.)

Post a Comment

0 Comments