Kita Mesti Cerdas Memanfaatkan setiap Pertentangan

Perjuangan itu selalu milik kaum tertindas, yang dimanfaatkan elit politik yang nafsu berkuasa. Ideologi itu milik rakyat yang dikendarai oleh para penguasa partai politik yang tamak, korup, dan arogan. Karena itu, tidak salah Anarko sebut negara adalah alat penindasan.

Karenanya, kelas-kelas sosial dalam struktur kolonialisme Indonesia di West Papua terbentuk. Membuat orang Papua ikut berambisi, saling membunuh, membenci, terpecah bela membentuk kelas-kelas sosial baru.

Itu fakta yang bukan saja terjadi dalam struktur politik kolonial Indonesia, tetapi juga dalam perjuangan politik kemerdekaan Papua. Orang Papua saling berselisih secara fulgar, reaksioner, brutal, emosional demi mencari ketenaran dan kekuasaan politik.

Semua terlena dalam kepentingan berebut pengaruh dengan dalil-dalil "kebenarannya" masing-masing. Tanpa menyadari bahwa segala sesuatu adalah proses membelum. Tra mau lihat segala kebenaran dan kontradiksinya secara dewasa, rasional, dan relasional.

Itu artinya ambisi kekuasaan menjadi pusat kesadaran. Bukannya menjadikan objek penindasan sebagai pusat kesadaran dalam perjuangan. Atau, masih melihat struktur penindasan (kolonialisme Indonesia) sebagai arena berebut uang, jabatan dan kehormatan.

Padahal Papua ada di ruang gawat darurat yang butuh penanganan darurat. Pasiennya masih baku pukul, saling tindis menindis, ko apa sa apa, di ruang gawat darurat. Aneh benar.

Cobalah sekali-kali ajak otak dan hati anda saling berbisik! Bahwa kebenaran itu hasil olahan dari beribu-beribu ide, gagasan yang terus menerus mengalami kontradiksi dari ruang dan waktunya. Tetapi jangan lagi bikin dialektika yang bergerak mundur. Kita mesti cerdas memanfaatkan setiap pertentangan untuk dan sebagai kemajuan perjuangan.

Semua orang Papua, semua suku, semua kelompok, semua pejuang, dengan segala ide sangat penting. Kitong sudah sedikit, mari baku sayang selamatkan tanah dan manusia Papua!

Sayang rakyat!

Victor F. Yeimo
Jubir International KNPB Pusat