JUBI---Pimpinan TPN OPM Devisi II Makodam Pemka
IV Paniai, Jenderal John Magai Yogi menyatakan, tak akan mundur
selangkahpun dalam meladeni operasi pasukan gabungan TNI-Polri yang
dimulai sejak Agustus 2011 lalu. Pihaknya berkomitmen, perjuangan yang
dirintis para pendahulu tetap dilanjutkan demi mencapai harapan Bangsa
Papua Barat. Pernyataan itu sebagaimana dituangkan dalam surat yang
dikeluarkan dari tengah rimba.
“Kami TPN OPM di seluruh Tanah Papua tidak akan pernah menyerah dan
akan terus melawan penguasa Indonesia sampai titik darah penghabisan,”
demikian ditulisnya dalam surat tertanggal 5 Januari 2012. “Kami hanya
pegang Ukaa Mapega (busur dan anak panah, Red.),
tetapi kami andalkan Tuhan, kami siap hadapi pasukan Brimob Mabes Polri
dan Densus 88 sebagai pasukan elit Indonesia, yang lengkap dengan
senjata modern dan saat ini mereka masih kuasai daerah Paniai,”
tambahnya.
Dua pernyataan lain yang ditegaskan dalam suratnya, pertama:
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Amerika Serikat dan Belanda segera
bertanggungjawab atas kesalahannya di masa lalu yang mengorbankan rakyat
Papua. Kedua, PBB dan Amerika Serikat segera mengambil langkah untuk
menyelesaikan masalah Papua, karena persoalannya tidak akan pernah
selesai dengan segala tawaran dan bentuk pembangunan oleh Indonesia.
“Kami tidak akan pernah menyerah. Orang-orang yang tinggal di
kampung-kampung dan dekat hutan selalu dianggap TPN OPM, padahal mereka
itu masyarakat biasa. Sekarangpun mereka sedang kejar kami TPN OPM
Devisi II Makodam Pemkab IV Paniai. Kami tidak bebas dari tekanan
militer di hutan belantara Paniai, karena Kapolri sudah perintahkan
banyak pasukan Brimob dari Kelapa II Depok, Kalimantan Timur dan Densus
88 datang kepung markas kami. Mereka mengancam hidup kami. Pasukan
dikirim itu ganggu ketenangan kami, dan mau perang untuk menghabisi kami
TPN OPM,” tulisnya.
Sejak pengepungan dan penyerangan ke markas Eduda, 13 Desember 2011,
kata John, anggota TPN OPM Devisi II Makodam Pemka IV masih bertahan di
hutan Paniai. Bukan berarti menyerah.
Ditulisnya di bagian akhir surat itu, “Setiap orang dan suku bangsa
memiliki hak-hak azasi yang harus dihormati oleh siapapun, termasuk hak
menentukan nasib sendiri. Hak inilah yang kami orang Papua tuntut kepada
PBB yang bisu saat hak kami dirampas oleh penguasa Indonesia dan
Amerika.” (Jubi/MY)
Sumber : Tabloidjubi
0 Comments