JUBI---Trikora atau Tri Komando Rakyat yang dikumandangkan Ir. Soekarno, presiden pertama Indonesia pada 19 Desember 1961 di Alun-alun Utara Yogyakarta merupakan langkah pertama Pemerintah Indonesia dalam melakukan proses aneksasi Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tahun ini, Hari Trikora diperingati oleh rakyat Papua sebagai bentuk protes terhadap berbagai kebijakan pemerintah Indonesia yang tak berpihak kepada orang asli Papua. “50 Tahun sudah berlalu sejak Trikora dikumandangkan, berbagai kebijakkan telah diterapkan oleh Pemerintah Indonesia tetapi tidak berdampak positif bagi kehidupan Rakyat Papua. Sudah saatnya Pemerintah Indonesia membuka diri melalui Dialog atau Perundingan yang lebih bermartabat,” demikian tutur Roy Muri, Ketua Panitia Nasional Peringatan Hari Trikora melalui seluler kepada tabloidjubi.com, Senin (19/12).
Aksi damai yang titik akhir di depan Terminal Pasar, Plasa Tumburuni dimulai pada pukul 08.00 WIT dan berakhir pada pukul 14.00 WIT. Masa aksi yang hadir diperkirakan 1000 lebih dengan berbagai latar belakang.
Muri juga menegaskan, dialog bermartabat yang dimaksudkan bukanlah sebuah pertemuan internal pemerintah yakni Jakarta dan Papua namun sebaliknya Pemerintah Pusat secara langsung dan berjiwa besar harus mengakui kesalahan kebijakan dan penerapan program pembangunan di Tanah Papua selama ini yang berdampak langsung terhadap hilangnya hak–hak dasar Orang Asli Papua, pemilik sah tanah Cenderawasih.
“Hendaknya Jakarta juga merujuk para Juru Rundingnya secepat mungkin sehingga tahapan berikutnya adalah mempersiapkan materi bersama menuju Dialog bersama sesuai prinsip dan rekomendasi Komunitas Internasional,” harap Muri lagi.
Dengan mengacu pada kriteria yang telah ditentukan dalam Konferensi Papua Tanah Damai yang juga direkomendasikan di dalam Kongres Rakyat Papua III pada Oktober lalu maka aksi hari ini, masa menentukan 6 juru runding yang akan bertemu dengan Pemerintah Indonesia. Adapun 6 Orang juru runding itu adalah dr. John Otto Ondawame, Benny Wenda, Octovianus Mote, Leoni Tanggahma, Jakob Rumbiak dan Rex Rumakiek.
Sementara itu, Abner Hegemur yang juga adalah penanggung jawab politik untuk Wilayah Fakfak mengatakan, aksi hari ini adalah bentuk bantuan dari Orang Papua kepada Pemerintah Indonesia untuk menemukan Orang Papua yang tepat untuk hadir dalam Dialog/Perundingan.
“Harus menemukan Orang Papua yang tepat, bukan Orang Papua ‘peliharaan’ Jakarta yang hidup di Papua”demikian ungkap Hegemur pada tabloidjubi.com via seluler. (JUBI/Aprila Wayar)
Link:http://tabloidjubi.com/arch/2011/12/19/hari-trikora-fakfak-tentukan-6-juru-runding/